Krisis Cina Bisa Lemahkan Ekonomi Dunia
Kekuatan Ekonomi Global Masa Depan
Cina
Negeri tirai bambu ini berada di peringkat kedua daftar negara sesuai besaran Produk Domestik Brutto-nya (PDB). Cina tahun 2014 berada di posisi kedua, di bawah AS dengan 11,212 Triliun Dollar AS.Tapi pada tahun 2050,
Economist Intelligence Unit memprediksi Cina akan mampu melipatgandakan PDB-nya menjadi 105,916 Triliun Dollar AS.
Nilai index saham Cina di pasar
bursa yang terus melorot memicu ketakutan global. Krisis berkepanjangan
dicemaskan akan melemahkan ekonomi dunia dan menyeret banyak negara ke jurang
resesi.
Krisis
Ekonomi
Krisis Cina Bisa Lemahkan Ekonomi Dunia
Nilai index saham Cina di pasar
bursa yang terus melorot memicu ketakutan global. Krisis berkepanjangan
dicemaskan akan melemahkan ekonomi dunia dan menyeret banyak negara ke jurang
resesi.
Cina yang menjadi kekuatan ekonomi
global terbesar ke-2 dunia dan jagonya ekspor komoditi, kini disebut mengekspor
ketakutan global. Perdanganan saham di bursa Shanghai Selasa (25/08/15) kembali
menunjukkan rontoknya nilai index saham Cina sebesar 6 persen. Situasi ini juga
mengimbas perdagangan di bursa Tokyo, Jepang. Sementara di Indonesia, pada
pembukaan pasar saham, nilai tukar Rupiah menembus hampir 14.000 per US-Dolar.
Para investor kini memasukkan Cina
ke pemuncak peringkat pemicu ketakutan global, menggeser posisi Yunani.
"Rasa panik menguasai pasar saham. Investor global saling
mengkanibalisasi. Tidak berlebihan jika menyebut situasi pasar sebagai
bencana," ujar Zhou Lin seorang analis di Huatai Securities.
Harian terkemuka Jerman Süddeutsche
Zeitung juga melaporkan, ambruknya kurs saham di Cina berlanjut dan hanya kenal
satu arah, ke bawah. Juga kurs saham di Jepang ikut terseret anjlok.
Respons Cina mengecewakan
Para investor juga mengeluhkan
lambannya respons dari pemerintah Cina dalam menanggapi runtuhnya pasar saham
itu. Berbeda dengan bulan Juli silam, dimana Beijing langsung menggelar
intervensi pasar dengan menggelontorkan milyaran Dolar, untuk menstabilkan kurs
Yuan. Tapi bulan Agustus ini, bank sentral Cina nyaris tidak melakukan aksi
apapun.
Walau dilanda kepanikan, namun sejumlah analis pasar memperkirakan, gejolak
pasar yang dipicu anjloknya bursa di Cina tidak akan memicu krisis besar seperti
krisis moneter Asia tahun 1997. Pasar hanya akan bergejolak tapi tidak akan
runtuh total. Selain itu di sisi lain dunia, seperti di Amerika Serikat,
konjunktur ekonomi justru naik dan pemulihan ekonomi berjalan, demikian
dilaporkan oleh CNN.Walau begitu, para pakar ekonomi tetap mencemaskan dampak negatif melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina terhadap ekonomi Asia secara umum. Para pakar ekonomi Oxford menghitung, jika nilai tukar Yuan atau Renminbi pada tahun ini turun 10 persen, dampaknya akan menyeret pertumbuhan ekonomi negara Asia lainnya menuju ke bawah. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan akan turun 1,16 persen dan Indonesia turun sekitar 0,32 persen.
Sementara di Eropa, Jerman yang akan menelan pil paling pahit dari kesunya pertumbuhan ekonomi Cina. Pasalnya, Jerman adalah negara Eropa yang paling banyak mereguk keuntungan dari rente ekonomi Cina dengan merelokasi industri otomotifnya ke negara Asia itu.
http://www.dw.com/id/krisis-cina-bisa-lemahkan-ekonomi-dunia/a-18670531
Tidak ada komentar:
Posting Komentar